Sabtu, 21 Februari 2009

Ancaman Mati untuk Agustinus Wahyono

Ancaman Mati

untuk Agustinus Wahyono

dari ichsan mokoginta melalui HP no.081367797963





13 Agustus 2005 pkl.17:23 Redaktur Budaya Bangka Pos Ichsan Mokoginta mengirim SMS ke HP saya,

Mas, kalo kebetulan ada waktu luang, tlg sekali-sekali isi hlm budaya (cerpen, cermis, puisi dan catatan budaya) yang terbit minggu dikomentari. Misalnya ttg kelebihan atau kekurangannya. Nanti komentar itu dimuat dalam catatan budaya. Kalau bisa mulai minggu depan.


Namun berikut-berikutnya inilah yang terjadi:

29.03.2006

(18:15)

Tai pilat. Dasar tdk berhati manusia!

(18:23)

Jgn kau samakan aku dg wely. Aku bisa melawan, kalau merasa kuat jgn pengecut dan bermain sms. SAYA TANTANG KAMU!!

(18:38)

Engkau persis anjing busuk yg tak pandai berbaik hati pd teman yg udah berusaha berbuat baik. Cam kan itu. Jika tdk berubah, kau bakal kehilangan bnyk teman.

(19:07)

Kalau merasa jago, jgn sms. Angkat hp ku bel kau. Dasar BINATANG KAU.

(19:30)

Apakah kau tak merasa, jika hampir semua teman muak dg kamu? Jika begini caramu, saat ini kau bukan saja bermusuhan sama wely. Tapi juga dg ichsan. Skr a

(21:53)

Kau yg slm ni memancing suasana. Aku sdh coba bersabar. Kawan2 lain jg tersinggung. Tapi mereka tak mau bereaksi. Aku tdk sama, aku punya hati sensiti

Besoknya, 30 Maret 2006, lagi.

(08:59)

Lah 15 th ku tinggalkan dunia kekerasan. Ku lah bisa menguasai emosi dg kasih sayang. Tp karena polahmu, masa lalu kembali terusik dan liar. DASAR ANJING!!

12:59

Tai jalat kau. Apa kau pikir kau ngatai org itu bukan preman? Jg mengadu domba itu manusia? Kau pengecut, banci,. Lahir dari jalat anjang!

(14:16)

Utk mencelakaimu sgt mudah. Nama dan tgl lahirmu sdh ku kantongi. Kau bisa pilih, mati perlahan atau muntah darah? Kau belum tahu kalau aku bisa bermain magic? Tunggu tgl mainnya!

***

Masih ada beberapa lainnya, termasuk mengajak berkelahi di lapangan Merdeka Pangkalpinang pada 29 Maret 2006 malam.

Kalimat “Jg mengadu domba itu manusia” kemungkinan berkaitan dengan tanggapan Ian Sancin atas cerpen Ira yang meraih juara II Lomba Menulis Cerpen PWI Babel 2005. Bagaimana awal sesungguhnya, ditanyakan langsung kepada Ira (085217322251) dan Sunlie (085267328612).

Saya sendiri tidak tahu, kenapa Redaktur Budaya Bangka Pos itu tiba-tiba berang. Saya tidak pernah mengumpat atau memaki dia apalagi mengajak berkelahi (fisik), bunuh-bunuhan, bahkan main magic (metafisik) seperti yang dia lakukan terhadap saya.

Dari kejadian itu saya menyadari realitas, redaktur budaya hanyalah posisi, bukan isi (manusia dengan segala tabiatnya). Kalau redaktur budaya koran-koran di Indonesia berisi orang semacam dia, jelas gawat. Atau mungkin beginilah realitas di Indonesia bahwa orang-orang berbudaya tetaplah melestarikan dan membudayakan kekerasan dalam arti sesungguhnya. Oh iya?


Tidak ada komentar: